Senin, 29 Juni 2009

Hermeneutika


Arus liberalisasi agama kian terus terasa. Berbagai macam pemikiran-pemikiran baru yang menjurus kepada sekularisasi juga makin gencar. Terlebih lagi di kalangan akademisi kampus, hal semacam itu sudah menjadi warna dalam bidang studi mereka.
Salah satu model yang muncul dalam proses liberalisasi ini adalah penerapan metodelogi penafsiran Bible untuk menafsirkan al-Qur'an. Atau yang biasa disebut dengan Hermeneutika.
Secara harfiah, Hermeneutika bermakna 'tafsir'. Secara etimologis, istilah Hermeneutika diambil dari bahasa Yunani. Istilah ini sebenarnya merujuk kepada seorang tokoh mitologis dalam mitologi Yunani bernama Hermes. Dalam kepercayaan Yunani, Hermes dikenal seorang dewa yang menyampaikan pesan-pesan Dewa kepada manusia. Dari mitologi Yunani inilah, akhirnya Hermeneutika berkembang sebagai metodologi dalam mentafsirkan Bible.
Secara singkat, metode Hermeneutika ini adalah cara untuk mentafsirkan Bible. Dalam hal ini, Bible diposisikan sebagai buatan manusia, dengan kata lain Bible bukanlah dalam posisi sebagai wahyu suci dari Tuhan. Oleh karenanya Bible bisa ditafsrikan secara bebas.
Namun sayangnya, metode inilah sekarang yang banyak dipelajari untuk diterapkan dalam tafsir al-Qur'an. Beberapa Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, seperti UIN Syarif Hidayatullah, UIN Bandung, UIN Yogyakarta, dan sebagainya, telah menjadikan Hermeneutika sebagai mata kuliah wajib.
Padahal metode tafsir Bible ini jelas tidak bisa diterapkan dalam penafsiran al-Qur'an. Karena bila diterapkan, berarti al-Qur'an harus ditetapkan sebagai produk buatan manusia. Dan itu tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam.
Sebenarnya masih sangat banyak sekali yang harus kita ketahui tentang Hermeneutika ini, agar kita bisa terlepas dari pengaruh-pengaruhnya. Namun pada kesempatan ini, saya hanya membahas muqaddimahnya saja. InsyaAllah lain kali akan kita bahas lagi.[]

0 komentar:

 

Undiabolos Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template