Jumat, 03 Juli 2009
Tipu Muslihat Obama dan Yahudi Israel
Saya rasa masih terngiang-ngiang sekali di telinga kita peristiwa kebiadaban Zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Serangan brutal selama lebih dari tiga pekan itu sudah membuat bumi Gaza seperti kota mati. Sudah menewaskan lebih dari 1500 jiwa. Belum lagi penderitaan rakyat Palestina yang sangat berat setelah perang. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal lagi, terpisah dari keluarga, menderita cacat, kesulitan air bersih dan listrik, dan penderitaan lainnya.
Kondisi seperti itu tentu saja mendapat sorotan lebih dari dunia Internasional, apa lagi dari dunia Islam. Terang saja banyak umat Islam di seluruh dunia yang berunjuk rasa mengecam kebiadaban Zionis Israel. Bahkan umat non-Islam pun juga banyak yang memprotes aksi Israel tersebut dengan alasan kemanusiaan. Tak berlebihan juga bila ada beberapa negara yang langsung memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Beberapa saat sebelum pecahnya agresi Israel ke Palestina pada tanggal 27 Desember 2008, terjadi juga kejadian yang menghebohkan seluruh penduduk dunia, yaitu krisis financial Amerika Serikat yang sampai sekarang dampaknya masih sangat terasa. Banyak orang beranggapan bahwa krisis financial Amerika berarti juga krisis financial dunia. Dan terbukti, banyak negara-negara yang terkena imbasnya, termasuk Indonesia.
Dua peristiwa besar inilah yang mewarnai akhir tahun 2008 kemaren. Dua peristiwa yang kalau kita amati dan pikirkan dengan akal sehat sangat bertolak-belakang. Di satu sisi terjadi krisis financial Amerika yang begitu dahsyat. Di sisi lain terjadi pembuangan uang besar-besaran untuk anggaran perang. Sementara itu sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika adalah negara yang paling nomer satu berada di belakang Israel dan mendukung setiap tindakan Israel. Mungkin ini bisa menjadi catatan kritis awal kita terhadap dua peristiwa besar yang terjadi hampir bersamaan ini.
Tapi di tengah dua peristiwa besar ini, masyarakat dunia tidak lantas berputus asa dan pesimistis. Karena telah muncul seorang tokoh atau mungkin figur yang dianggap dapat menyelesaikannya, yaitu presiden Amerika Serikat Barack Husein Obama. Dari awal-awal kempanye politik menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat, banyak kalangan yang menilai bahwa sosok ini lah yang dapat dipercaya untuk membuat suatu perubahan dan perbaikan pada krisis financial Amerika. Dan saat-saat menjelang pelantikannya sebagai presiden Amerika, tidak sedikit orang juga yang berpendapat dan menaruh harapan kepada Obama untuk dapat menyelesaikan krisis Timur Tengah yang sudah terjadi berkepanjangan.
Tak hanya itu, sosok Obama bahkan sudah banyak sekali menjadi inspirasi dan bahkan motivasi bagi masyarakat di berbagai penjuru dunia. Karena dengan terpilihnya ia sebagai presiden Amerika kulit hitam pertama, maka dianggap ia sudah dapat menjadikan hal sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin. Maka tak ayal juga jika akhirnya orang banyak yang memuja-muji sosok yang satu ini. Bak seorang pahlawan di akhir zaman. Terlebih lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia yang merasa bangga dengan Obama, yang hanya dikarenakan ia pernah tinggal dan bersekolah di Menteng, Jakarta.
Maka sebenarnya kejadian ini semua, kalau boleh saya katakan hanyalah tipu muslihat kaum missionarisnya kaum Yahudi untuk menguasai dunia dan khususnya untuk menghancurkan umat Islam. Dengan kata lain, kejadian yang telah disebutkan di atas tadi adalah rekayasa kaum Yahudi belaka. Ini sangat mungkin sekali dilakukan oleh Yahudi, karena ia akan menempuh berbagai cara untuk melumpuhkan rival abadinya, Islam. Walaupun harus dengan dana yang sangat besar dan kebohongan yang sangat rapi.
Contoh lain yang dapat menguatkan pendapat ini adalah kejadian WTC beberapa tahun silam. Dengan rekayasa Yahudi yang rela menghancurkan gedung pencakar langit yang megah itu dan menuduh bahwa kaum teroris lah yang melakukannya, akhirnya Amerika berhasil membuat image baru bagi dunia bahwa Islam adalah agama teroris. Bahkan dengan dalih itu juga Amerika dapat memerangi Afganistan yang dituduh sebagai sarangnya teroris Jaringan Al-Qaida.
Sementara tipu muslihat melalui tokoh Obama adalah strategi baru yang diluncurkan Yahudi untuk menusuk Islam dari dalam. Setelah mereka berhasil membuat berbagai figur-figur melalui dunia intertaiment lewat kemajuan teknologinya yang akhirnya banyak ditiru dan didewakan oleh generasi muda di berbagai belahan dunia, tidak ketinggalan juga generasi Muslim. Sekarang Yahudi mencoba untuk menyihir dunia agar mendewakan sosok seorang pemimpin Obama yang dipercaya akan mengadakan perubahan. Perubahan seperti apa?
Sekarang Obama pun menempuh cara baru dalam rangka untuk menguasai dunia. Setelah dengan cara kekerasan dan senjata yang dilakukan presiden Bush tidak ampuh, maka Obama mencoba melakukan perubahan cara, yaitu dengan kekuatan kata-kata.
Hal ini pun sangat sejalan dengan kata seorang missionaris Henry Martyn. Ia mengatakan; "Aku datang untuk menemui ummat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, tidak dalam benci tapi dalam cinta." Ia juga pernah mengatakan bahwa Perang Salib telah gagal. Karena itu, untuk “menaklukkan” dunia Islam perlu dengan resep lain: gunakan kata, logika, dan kasih. Bukan dengan kekuatan senjata atau kekerasan.
Dalam hal ini kaum Yahudi juga telah membuktikan akan kekuatan teror "kata" dan "kasih". Begitu dahsyatnya sehingga mampu menghancurkan imperium besar (Utsmani) yang telah berusia hampir 700 tahun. Sejarah telah mencatat bahwa bagi Zionis, Turki Utsmani adalah penghalang utama mewujudkan negara Yahudi di Palestina. Turki Utsmani sulit dihancurkan dengan senjata. Maka untuk menghancurkannya, Yahudi menempuh cara lain yaitu melalui organisasi Committee and Union Progress (CUP) yang beranggotakan para cendekiawan Turki yang telah ter-Barat-kan (westernized).
Dan dalam skenario dua peristiwa besar tadi, Yahudi paling tidak telah memakai pepatah “sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui”. Tidak hanya membunuh ribuan umat Islam di Palestina, mareka juga telah membunuh hati umat Islam agar menaruh harapan kepada orang Kafir. Sedangkan umat Islam tidak dibolehkan menaruh harapan apa pun kepada orang kafir. Seperti yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali-‘Imran: 28)
Maka umat Islam dalam hal ini sangat diharapkan sekali untuk selalu waspada dan hati-hati kepada tipu muslihat kaum Yahudi. Karena walau bagaimanapun mereka tetap menjadikan kita sebagai musuh abadi yang ditakuti. Dan mereka selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan kita. Waallahu a’lam.[]AS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar