Islam pada sejatinya adalah sebuah peradaban yang maju. Diutusnya Nabi Muhammad SAW bukan saja mengajarkan agama Islam, melainkan jauh lebih dari itu adalah membentuk suatu peradaban baru, yaitu peradaban Islam. Hal ini terbukti dari banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi setelah diutusnya beliau. Bahkan hal itu telah melekat dalam istilah yang sering kita dengar "shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita keluar dari zaman kegelapan dan jahiliyah kepada zaman yang terang-benderang, penuh ilmu pengetahuan dan hidayah".
Kemajuan peradaban Islam ini terus bertambah maju sampai kepada zaman Khulafah Ar-Rosyidiin dan zaman khilafah Usmaniyah. Kurang lebih sekitar 10 abad lamanya. Kemajuan itu terlihat sekali dari kebudayaan dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Di mana saat itu Islam mencapai puncak kejayaan ilmu pengetahuannya.
Dalam proses pembentukan peradaban semacam ini, tentunya Islam juga paling tidak telah mengambil atau belajar dari beberapa peradaban yang telah maju sebelumnya, seperti Yunani. Contohnya Islam banyak mempelajari filsafat Yunani yang kemudian diterapkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Proses itu banyak dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu, di mana mereka banyak mempelajari filsafat Yunani yang ketika itu maju. Namun tentu saja proses itu dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan filter, tidak hanya diambil secara mentah-mentah atau copy paste saja. Dan ini lah yang disebut dengan proses Islamisasi ilmu pengetahuan.
Namun ternyata kemajuan dan kejayaan peradaban Islam seperti itu telah menarik Barat untuk mempelajarinya. Barat sangat tergoda sekali untuk mengadopsi ilmu pengetahuan Islam dan bahkan kebudayaannya. Maka dari itu dilancarkanlah suatu gerakan yang berusaha mewujudkan impian mereka tersebut, yaitu imperialisme.
Sejak adanya imperialisme Barat secara besar-besaran, umat Islam seakan dibuat tak berkutik lagi. Peradaban Islam yang dulunya jaya, sekarang seakan sudah sirna dan musnah. Umat Islam sudah seperti terjajah.
Padahal pada sejatinya peradaban Barat telah banyak berhutang kepada peradaban Islam. Mereka telah banyak mengadopsi kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam. Namun mereka ternyata malah menafikan itu semua. Mereka telah lupa pada kulitnya. Mereka telah mengklaim bahwa mereka maju atas usaha mereka sendiri. Bahkan mereka telah menutup segala pintu yang akan membuka kepada hutang peradaban Barat tersebut.
Salah satu contoh, mereka selalu mengklaim bahwa ahli astronomi adalah dari mereka. Mereka menyebutkan nama-nama seperti Galileo dan Copernicus. Tapi mereka tidak menyebutkan kalau sebenarnya mereka telah berhutang banyak kepada astronom Muslim, Ibnu Sathir.
Itu merupakan hal yang jelas tidak bisa diterima oleh umat Islam. Karena Barat tidak akan pernah mengenal peradaban Yunani kalau tidak melalui Islam. Barat tidak bakal pernah mencapai kemajuan ilmu pengetahuan kalau bukan dari Islam.
Sekarang hal itu semua telah membalikkan keadaan. Umat Islam sekarang lagi tercengang dengan kemajuan peradaban Barat sekarang. Banyak umat Islam yang lantas mempelajari kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Barat. Tidak sedikit pula orang Islam yang langsung datang ke Barat guna mengadopsi peradaban mereka.
Hal ini sebenarnya lumrah saja terjadi. Suatu peradaban yang lagi maju memang selalu mendapat sorotan. Namun tentunya itu semua tidak bisa begitu saja dilakukan secara copy paste. Kita tetap mempunyai aturan yang berlaku. Dalam proses mempelajari peradaban Barat ini, kita harus selalu bersikap kritis. Yang harus kita lakukan adalah Islamisai ilmu pengetahuan seperti yang telah dilakukan ulama-ulama terdahulu terhadap peradaban Yunani. Bukan malah mendukung westernisasi. KArena kita tetap berbeda dengan Barat. Karena kita memiliki worldview atau pandangan hidup yang berbeda.
Saya rasa untuk sementara sampai di sini dulu. Selanjutnya hal ini akan kita bahas lagi, insyaAllah.[]
Sabtu, 04 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar