Ini lanjutan debat bagian yang ke-4. Semakin digali pemikirannya, semakin ketahuan letak kerancuan pemikiran tersebut. Ini benar-benar membuktikan pemikiran liberal semacam ini sangatlah berbahaya.
Teman: Keyakinan saya memang relatif sobat, yang mengatakan benarkan saya belum tentu orang lain mengatakan benar, itulah artinya relatif. Bukan begitu sobat???? Seperti dengan Anda yang tidak meyakininya. Berbicara masalah agama, kita harus melihatnya secara umum lebih dulu. Maksudnya adalah agama bukan hanya yang tertera dalam salah satu tertentu, tapi agama itu adalah semua keyakinan manusia, baik yang diciptakan manusia maupun dari Tuhan. Agama yang membolahkan zina??? Nanti saya sebutkan, gue shalat Zuhur dulu.
Saya: Wah, bagaimana suatu hal yang bersifat relatif itu bisa menjadi keyakinan? Artinya ada ketidak konsistenan donk dalam keyakinan dan diri Anda...? Sepertinya teman saya ini belum begitu paham apa itu keyakinan...? hahaha...!
Teman: Konsisten bagi saya, karena saya percaya dan yakin apa yang saya anut. Misalnya saya sekarang meyakini bahwa apa yang saya anut ini benar. Maka saya akan konsisten menjaga keyakinan. Masalah orang percara atau tidak itu terserah mereka, ga' ada yang perlu dipermasalahkan. Karena kebenaran itu relatif. Wong dia ga' meyakini kebenaran yang kita anut kok kita paksa ya ga' bisa, begitu juga sebaliknya sobat. Saya akan konsisten kepad apa yang saya anut, karena saya membenarkannya.
Saya: Konsisten dalam kerelatifan itu merupakan hal yang nista. Kalau Anda yakin dengan kerelatifan, berarti keyakinan Anda juga relatif. Kalau keyakinan Anda relatif, berarti keyakinan itu bisa berubah-rubah donk..! Apakah itu yang disebut konsisten...? Pahami lagi sobat tentang makna keyakinan itu sendiri. Pemikiran Anda itu telah terjebak dalam Dualisme...!
Teman: Sorry baru jawab. Benar keyakinan saya relatif, jika yang memandang keyakinan saya ini global, seperti yang saya omongkan persepsi orang berbeda-berbeda sobat dan tak mungkin kita menyamakan semua keyakinan. Cocoknya bukan berubah tapi bertambah dan berkembang. Ya, konsisten bagi saya terhadap keyakinan saya, karena saya relativisme dan kerelatifan itu lah keyakinan saya. Begitu juga dengan Anda, Anda konsisten pada keyakinan Anda bagi Anda atau yang sekeyakinan dengan Anda, beda dengan orang lain di luar Anda. Mereka tidak akan konsisten dengan keyakinan Anda, sebab mereka tidak meyakini keyakinan Anda. Yang sekeyakinan saja belum tentu konsisten apa lagi yang tidak sekeyakinan. Namun dalam mua'saroh di bumi Tuhan ini ada hukum-hukum human yang netral bagi semua keyakinan sehingga terjadi sebuah kerukunan.
Saya: Kalau keyakinan Anda relatif, berarti sewaktu-waktu kayakinan Anda bisa saja donk seperti keyakinan saya? Kalau Anda bilang keyakinan Anda bukan berubah, tapi berkembang dan bertambah, berarti itu bukan relatif namanya sobat. Sama saja itu dengan fanatik. Pola pemikiran Anda itu sebenarnya rancu. Itu karena anda mengambil dari pemikiran-pemikiran yang rancu juga. Anda bilang hukum human yang netral, memangnya hukun Tuhan tidak netral...?
Teman: Sejatinya keyakinan Anda dengan keyakinan sayakan berbeda, ya gak mungkin lah saya beralih kepemikiran Anda. Justru di situlah letak kerelatifannya berkembang di sini dalam artian kita menerima perubahan bila perubahan itu lebih baik dari yang lama karena kita menghukumi sesuatu benar 100%. Dan kenapa juga saya bilang tidak berubah karena kita percaya dan yakin pada kerelativan. Kita percaya pada kerelativan bukan pada isi dari kerelativan yang setiap saat bisa berubah. Fanatik?? Ya, gak netral (hukum Tuhan).
Saya: Sekarang saya mau tanya dulu arti relatif itu apa? Kemudian atas dasar apa Anda bisa mengatakan bahwa hukum Allah itu gak netral...?
Selasa, 11 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Konsisten tapi relatif.
Relatif tapi konsisten.
Ke-"konsisten"-an dalam ke-"relatif"-an.
Absolut tapi relatif
relatif tapi absolut
Relatively absolute
Dari dulu relativisme memang begitu, absurd...
Nice post, bro, Salam kenal ;)
Posting Komentar