Selasa, 04 Mei 2010

Bhinneka dan Ujian Liberalisme



Hidayatullah.com--Sudah menjadi maklumat umum bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman yang sangat tinggi, baik keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat, norma masyarakat, bahkan sampai watak dan karakteristik setiap penduduknya.

Indonesia memiliki 17.667 buah pulau, baik besar maupun kecil. Sebagian besar adalah perairan, sedangkan luas wilayah daratannya hanya 735.000 mil persegi (seluas Alaska). Di sekian banyak pulau yang ditempati penduduk Indonesia tersebut, terdapat lebih dari 300 kelompok etnis dan 50 bahasa yang sangat berbeda. Dan sistem sosialnya juga berbeda-beda, dari desa-desa kecil yang terpencil sampai kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Maka wajar saja kalau negara kita ini memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, beraneka ragam namun satu jua.

Semboyan ini sesungguhnya sudah sangat mewakili gambaran masyarakat Indonesia. Meski keberagaman itu banyak sekali, namun semuanya itu masih tetap berada di bawah satu atap, yaitu negara Republik Indonesia. Keragaman yang ada bukanlah suatu hambatan bagi masyarakat Indonesia untuk bersosial dan berinteraksi. Ketika semboyan ini diserukan, seketika itu juga jiwa persatuan itu tumbuh.

Akan tetapi permasalahannya tidak hanya sampai di situ saja. Ternyata di balik semboyan ini juga tersirat suatu peringatan yang penting bagi masyarakat Indonesia agar selalu menjaga integritas bangsa. Dengan kata lain, sebenarnya semboyan tersebut sangatlah sensitif terhadapat keutuhan tanah air. Jika keberagaman tersebut tidak dapat dijembatani dengan baik, maka dengan mudahnya masyarakat Indonesia akan pecah. Terbukti dengan kasus bercerainya Timor Timur dari NKRI, adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), perang suku yang terjadi di Sambas, kericuhan antara umat Islam dan Kristen di Poso, dan lain sebagainya.

Tentu saja ini menjadi catatan dan perhatian yang serius bagi kita semua. Keutuhan NKRI bagaimanapun harus tetap dijaga dan dipertahankan. Namun bukan berarti untuk mempertahankannya itu, kita harus mengorbankan keberagaman yang ada. Bukan berarti juga keberagaman itu yang menjadi sebab utama perpecahan yang ada. Karena keberagaman yang ada memang sudah menjadi sunnatullah. Bahkan dengan adanya perbedaan tersebut, bisa menjadikan rahmat bagi umat.

Ujian liberalisme

Sekarang keberagaman yang ada di Indoneisa, khususnya keberagaman budaya, tengah menghadapi ujian yang cukup besar. Ujian itu datang melalui arus yang diberi nama dengan liberalisasi. Arus ini seolah menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasi keberagaman tersebut. Kebebasan menjadi alternatif persamaan atas perbedaan. Sebab inilah mengapa liberalisasi itu dikatakan sebagai ujian bagi keberagaman Indonesia.

Bahkan liberalisasi tidak hanya sebagai ujian saja bagi kebhinekaan nusatara, namun lebih dari itu ia juga menjadi pengkhianat bagi kultur budaya Indonesia. Liberalisasi telah menjadi musuh dalam selimut bangsa. Salah satu buktinya adalah ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi dilayangkan, banyak para liberalis yang mengatasnamakan keberagaman budaya untuk menolaknya.

Gesekan budaya Indonesia dengan budaya Barat sudah sejak lama muncul. Yaitu ketika mulai masuknya kolonial bangsa Barat ke Indonesia. Bangsa Barat ketika menjajah Indonesia, tentu saja tidak hanya karena mengeksplorasi rempah-rempah atau kekayaan alam Indonesia belaka. Di samping itu juga terdapat visi lain, yaitu penyebaran ajaran kepercayaan dan kebudayaan Barat.

Orang Indonesia yang hidup di zaman kolonial ini tentu sangat merasakan bagaimana gesekan budaya pribumi dengan budaya Barat itu terjadi. Dengan kekuasaannya, Barat sangat mudah memaksakan budaya dan pemikirannya kepada masyarakat Indonesia. Hasilnya adalah modernisasi adat dan budaya itu sendiri.

Tapi yang seharusnya menjadi pertanyaan mendasar bagi kita adalah, apakah cocok budaya dan pemikiran Barat itu jika diterapkan pada masyarakat Indonesia?

Pada dasarnya kultur Barat dan Indonesia sangat berbeda. Kultur Barat dengan kapitalismenya memiliki sifat seperti berikut; adanya minat yang tinggi terhadap hal yang baru, adanya semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal yang baru tersebut, tingginya individualisme, dan pengagungan kepada materi. Sifat seperti ini tidak mudah untuk ditanamkan di tempat lain. Ibarat suatu bibit tanaman, maka sifat-sifat yang ada pada Barat ini membutuhkan lahan yang sesuai dengannya, agar ia bisa tumbuh subur.

Agar lahan itu cocok dengan bibitnya, maka setidaknya ada persyaratan yang harus dimiliki. Salah satu syarat untuk lahan tersebut adalah, adanya suatu suatu kelas yang kuat dari kaum urban yang terdiri dari orang-orang yang relatif bebas serta mandiri. Namun sayangnya Indonesia belum memiliki kelas seperti itu. Seperti realita sekarang, di Indonesia masih memiliki keragaman sosial. Konsep pemerintahan yang menjadi faktanya. Ada pemerintahan kota, ada juga pemerintahan desa. Dan keragaman seperti ini telah melekat dengan budaya Indonesia, serta masuk dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika.

Salah satu bukti untuk menguatkan pendapat ini adalah kebijaksanaan kolonial Belanda di bidang perdagangan pada abad ke-17 dan ke-18, bahkan di abad ke-19, hanya mampu membawa sedikit perubahan di bidang kehidupan ekonomi. Kebijakan ekonomi Belanda ternyata tidak mampu mengubah struktur sosial masyarakat Indonesia secara berarti.

Sekiranya ini sudah cukup untuk membuktikan kalau budaya pemikiran Barat itu tidak cocok jika diterapkan di Indonesia. Negara ini bukan lahan yang pantas bagi bibit-bibit Barat seperti liberalisme. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kultur Barat dan Indonesia, yang menyebabkan ketidakcocokan itu.

Selanjutnya, ada catatan penting yang harus disampaikan di sini. Kolonialisme Barat ternyata masih belum berakhir. Sampai sekarang gaungnya masih dapat didengarkan, meskipun masih sayup-sayup. Jika dulu kolonialisme adalah dengan cara pendudukan pemerintahan dan mengambil segala kekayaan alam yang ada di Indonesia, namun sekarang gerakan kolonialisme itu berbentuk ekspansi pemikiran Barat ke dalam masyarakat kita. Akan tetapi tujuan utama dari kolonialisme kuno dan sekarang tetap sama, yaitu menguasai negara dan dunia. Jika itu di Indonesia, niscaya ia akan mengusai Indonesia.

Maka di sinilah letaknya peranan kebudayaan beragam Indonesia dalam membasmi bibit-bibit Barat yang kolonialis dan liberalis. Keragaman budaya ini jangan mau dirasuki begitu saja oleh paham-paham seperti ini. Konsep pemikiran Barat seperti liberalisme itu bukan malah menjadi perantara untuk menjembatani kebhinnekaan Indonesia, akan tetapi justru menjadi bumerang yang nantinya menimbulkan kekacauan Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri. Wallahu’alam.[www.hidayatullah.com]

3 komentar:

kevinhoras on 20 Januari 2014 pukul 01.58 mengatakan...

Saya setuju. Kita harusnya ga meniru-niru budaya apapun selain budaya Indonesia. Kita harus membudidayakan budaya dangdut yang orisinil, dan budaya pakai sarung ato kemben yang ASLI seperti orang-orang Jawa zaman dulu... Ga seperti budaya Barat. Budaya Barat itu terlalu vulgar ga seperti budaya asli Indonesia. Bayangkan orang Barat bebas pakai bikini sementara budaya kita begitu sucinya, di Bali (yang sangat kental dengan budaya Indonesia) banyak yang jual patung phallus. Ini kesopanan adat timur yang patut kita jaga. Indonesia ya Indonesia, bukan Amerika, Eropa, Australia, dan bukan Timur Tengah...

Blog27999 on 12 Maret 2020 pukul 18.04 mengatakan...

Let me tell you something...

What I'm going to tell you may sound pretty creepy, and maybe even a little "out there..."

HOW would you like it if you could just push "PLAY" and listen to a short, "magical tone"...

And magically bring MORE MONEY to your life??

And I'm really talking about hundreds... even thousands of dollars!!

Do you think it's too EASY?? Think it's IMPOSSIBLE?!?

Well, I'll be the one to tell you the news.

Usually the most significant blessings in life are the SIMPLEST!!

In fact, I will PROVE it to you by letting you PLAY a REAL "magical money tone" I developed...

You just click "PLAY" and watch as your abundance angels fly into your life... starting almost INSTANTLY...

CLICK here now to PLAY the magical "Miracle Wealth Building Tone" - as my gift to you!!

Blog27999 on 12 Maret 2020 pukul 22.43 mengatakan...

Did you know there is a 12 word sentence you can tell your crush... that will induce intense emotions of love and impulsive attractiveness for you buried inside his heart?

That's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, treasure and protect you with all his heart...

===> 12 Words Who Trigger A Man's Love Response

This instinct is so built-in to a man's mind that it will drive him to work harder than before to make your relationship as strong as it can be.

In fact, triggering this powerful instinct is so essential to having the best ever relationship with your man that the moment you send your man one of these "Secret Signals"...

...You will soon notice him open his soul and heart to you in a way he haven't expressed before and he'll identify you as the only woman in the world who has ever truly attracted him.

 

Undiabolos Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template